Profil Du Anyam
Profil Perusahaan / Lembaga: Du Anyam
Deskripsi Perusahaan / Kelembagaan:
Social enterprise empowering women weavers of rural Indonesia!
Corporate & Wholesale | Export | Retail
Du Anyam is a social enterprise that produces and distributes wicker crafts to empower women, promote culture, and improve livelihoods in rural Indonesia. By connecting the existing skill and resources in the women community, Du Anyam provides economic empowerment to rural women, allowing them to access better nutrition and education for their children. Today, Du Anyam works with over 500 women across 20 villages in East Flores, Indonesia, increasing their income by 40%. Du Anyam partners with hotels and companies to supply more than 50,000 high-quality, functional wicker crafts with added social marketing value. In 2018, Du Anyam is also selected to be the only social enterprise and craft-based company to be the official merchandiser of ASIAN GAMES 2018. To grow its business and expand its impact, Du Anyam replicates its women economic empowerment program to other areas of Indonesia, including Lembata Island, Nabire in Papua, and Berau in East Kalimantan.
Bekerja sama dengan penganyam perempuan Indonesia, Du Anyam menghadirkan koleksi produk anyaman bersentuhan otentik.
Dengan misi pemberdayaan perempuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, Du Anyam melahirkan produk-produk suvenir perusahaan, amenities hotel, hingga dekorasi rumah yang telah tersedia di pasar lokal dan internasional.
Hingga kini, Du Anyam telah memberdayakan 1600+ penganyam perempuan yang berada di 54+ desa yang tersebar di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua dengan tiga pilar utama:
Memberdayakan Perempuan, Mempromosikan Budaya, dan Meningkatkan Kesejahteraan.
Lahirnya Du Anyam pada tahun 2014 berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi dibalik angka malnutrisi pada ibu dan anak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Saat itu, biaya kebutuhan sehari-hari masih menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat desa. Masyarakat seringkali harus menunggu musim panen tiba untuk memperoleh pendapatan, sehingga masyarakat tidak memiliki tabungan yang cukup dan merasakan kesulitan dalam melakukan perencanaan keuangan.
Hal ini menyebabkan tingginya angka malnutrisi pada anak serta ketidakmampuan masyarakat untuk membuat keputusan pembelian kebutuhan pokok yang mempertimbangkan gizi.
Tak sedikit keluarga yang hanya mengandalkan sepetak kebun di rumah mereka sebagai sumber pangan. Bahkan banyak pula di antara mereka yang terpaksa harus menempuh perjalanan berjam-jam menuju pasar di desa atau kabupaten lain demi menjual hasil anyaman untuk membeli makanan atau komoditas lain karena rantai pasok yang tidak efisien.
Didorong oleh keinginan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak di pedesaan Indonesia, didirikanlah Du Anyam (Du’a: ibu; Anyam: menganyam)